Busway Koridor IV, Masih Belum Manusiawi
Januari yang lalu saya mencoba Busway koridor IV untuk pergi dan pulang kantor. Kesimpulan saat itu, cukup manusiawi (baca: hemat) untuk pergi di pagi hari, mengerikan di sore hari. Saat ini saya hampir selalu naik busway untuk berangkat ke kantor, sampai kehilangan HP segala ;)
Tadi sore, saya coba lagi untuk pulang kantor. Siapa tahu sudah lebih baik karena perasaan armada sudah mulai bertambah. Memang antrian di halte transit Dukuh Atas sudah tidak sepanjang waktu itu, tetapi tetap penuh sesak tanpa aturan! Ketika akan masuk bis, semua orang dorong-dorongan. Kasihan orang yang badannya kecil, bisa jatuh terinjak-injak (belum terjadi? tinggal menunggu waktu…).
Bis Transjakarta memang nyaman dan cepat, sesuai janji, jika anda sudah masuk ke dalam bis. Beda banget waktu nunggu di halte. Petugas di bis maupun halte juga jumlah dalam mengatur orang-orang. Kalau tidak siap fisik dan mental, bisa pingsan di halte! Kasarnya: naik metro mini masih lebih nyaman kalau memfaktorkan neraka di halte transit Transjakarta!
Saya tidak tahu mana yang salah: sistim halte busway yang kurang baik atau memang orang Jakarta (Indonesia [?]) tidak disiplin?
Mungkin sudah jadi kebiasaan orang Jakarta untuk secepat mungkin naik bis yang ada di depannya karena god only knows kapan (dan bagaimana keadaan) bis berikutnya lewat ^^;
Menurut gw hal ini bisa dikurangi kalo TJ punya sistem monitoring seluruh armadanya scr real time (kyk MRT singapura, meski gak usah pake estimasi waktu karena TJ masih berbagi jalur dengan jalanan umum yang unpredictable), jadi orang gak perlu mendesak masuk dengan alasan ‘takut nunggu lama’, karena dia tau bis berikutnya sudah sampai di mana.
Desain busnya sudah salah. Single door. Di negara negara lain bus kota biasanya 2 doors. Masuk dari depan, keluar dari tengah. Lift aja waktu berhentinya lama, karena menurunkan penumpang sampai habis, baru orang bisa masuk. Ini malah lebih ngebut dari lift. Tapi kalo dipikir, orang Indo juga ngawur kalo naik lift. Orang belum turun, udah maen masuk aja. Bahkan kadang lift mau turun sedangkan dia butuhnya naik, tetap aja masuk biar dapat tempat.
#Catshade
Menurut saya masalah busway ini bukan pada rasio penumpang vs bus, tapi masalah entry dan exit dari bus. Melihat disiplin yg rendah, sehingga mengabaikan prinsip :
a. let the passenger alight first before boarding
b. first come to the gate, the first one to board.
Akan lebih baik kalau jalur masuk ke bus dibuat antrian serial.
@Catshade:
Rasanya sistem monitoring seperti itu bisa saja dipasang. Minimal ada informasi bus berikutnya sudah sampai di mana (misal: bus terdekat, jam 06:45 di halte anu). Jadi bisa dikira-kira berapa lama. Andaikan ada seperti ini…
@Dedhi:
Untuk halte transit biasanya tempat menurunkan dan menaikkan penumpang di pintu yg berbeda kok. Jadi pertama-tama bus berhenti hanya untuk menurunkan semua penumpang, maju sedikit ke pintu berikut, lalu memasukkan semua penumpang baru. Tetapi tetap aja dorong-dorongan kayak gila. Memang sebaiknya dibuat antrian sebelum masuk ke bis biar lebih teratur.
[Kasihan orang yang badannya kecil, bisa jatuh terinjak-injak]
pengalaman pribadi yah mas? =p
@Carrot:
Maybe…. tapi kemaren itu ada yang lebih kecil lagi!! Dah kayak tenggelem gitu. Bayangkan anak SMP atau SD.
ngeri naik busway pas jam plg dan berangkat kantor…;-)
Saya pengguna reguler Koridor 4 juga dan sekarang ngerasa jauh lebih bagus kok untuk jumlah bus. Tentang berdesak2an di Halte Dukuh Atas 2, biasanya kondisi ini terjadi karena bis terhambat (secara bersama2), mungkin pas di daerah Pramuka.
Jadi setelah dateng 1, biasanya beriringan 4-5 bis berikutnya. So far sih pulang kantor jam 6.30 – 7 cukup nyaman ya di Halte Dukuh Atas 2 itu :D
Well, klo di Austin, dimana bus systemnya lumayan bagus (di kota laen di US nggak sebagus sini) kita juga ada masalah dengan overflow penumpang, especially bus bus yang ke kampus. Tapi gimana ya…it seems like disini org gak cross the line sampe paksa dorong2 krn pingin masuk duluan. Org fully aware klo gak bisa masuk ke bus yg ini, bakalan telat kelas krn bus berikutnya is another 5 minutes….tapi ndak sampe sadis githu apalagi sampe trample orang laen.So i think problemnya is on the people…semua org terbiasa being not nice.
I think ada parallel nya sama budaya nyetir di Indo, dimana ada anggapan klo nggak motong jalannya orang, gak mungkin bisa maju. Di Austin, org nunggu sampe dikasih jalan baru masuk, and kita sering kasih angkat tgn bilang thank you ke yg ngasih jalan. Jadi klo gw nyetir gak sampe perlu motong jalannya org biar bisa jalan…although memang rada nunggu sedikit sampe ada org yg baek. Gw praktekkan ini waktu pulank indo…dan actually gw dikasih jalan sama org…meskipun rada nunggu dikit. Tapi klo di kota gede, even di US, krn org kebiasaan diserobot, mrk klo nyetir pun juga gak mau kasih jalan ke org laen.
So I think this is about krn org biasa dikasarin, then they think mereka bisa kasar sama org laen…including diserobot masuk bus, diserobot di antrian, diserobot pas lagi nyetir, diserobot masuk Uni sama anak2 yg nyogok, and ther list goes on and on
Amir: pulang jam 6:30-7:00 sih ga heran kalo udah lebih lowong, itu kan udah lewat jam pulang kantor umum. coba liat keadaan halte busway jam stengah 5 ato jam 5 an sore gitu